468x60 Ads

BASMALAH

Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image >

Kambing Berwajah Monyet Ini Gegerkan Warga Surobayan

0 komentar


Kambing Berwajah Monyet Ini Gegerkan Warga Surobayan
Jika kamu berpikir bahwa hanya manusia saja yang bisa mengalami kelainan gen sehingga melahirkan anak yang memiliki kekurangan secara fisik maupun mental, kamu salah besar! Karena ternyata, binatang juga bisa mengalami hal yang serupa, lho.
Baru kemarin, seorang lelaki bernama Pak Mubarok yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang menggali kubur membuktikan hal tersebut. Ia memiliki seekor kambing yang melahirkan anak kambing dengan wajah seperti monyet.
Bapak Mubarok sendiri sebelumnya bermimpi aneh, ia mengaku bahwa sebelum kelahiran kambing berwajah monyet tersebut, ia bermimpi melihat separuh bulan. Kisah mimpi separuh bulan ini diaanggapnya sebagai prasangka bahwa kambing peliharaannya akan menghasilkan anak kambing dengan wajah separuh-separuh (separuh monyet, separuh kambing).
Yang memprihatinkan adalah ketika sang bayi kambing ditendang induknya sendiri ketika hendak meminta susu. Hal ini terjadi karena kambing betina tersebut tidak menyadari bahwa anaknya memang memiliki wajah seperti monyet sehingga mau tidak mau, Bapak Mubarok dan keluarga harus memberi sang anak kambing ini susu kalengan.
Pak Mubarok juga berjanji bahwa dirinya akan mengurus anak kambing tersebut dengan penuh kasih sayang sehingga ia juga meminta sumbangan dari warga sekitarnya untuk memberikan sebagian harta mereka agar dapat mengurus anak kambing yang memiliki kelainan genetik ini.

Kejadian yang Sama di Tempat yang Sama

Menariknya, kejadian yang menimpa kambing Pak Mubarok ini bukanlah peristiwa pertama di desanya. Tahun 2009 lalu, warga Desa Surobayan juga pernah digegerkan dengan kejadian serupa. Pada tanggal 13 Desember 2009 lalu, kambing dengan pemilik bernama Tauhid juga melahirkan anak kambing berwajah monyet.
Pada awalnya, Tauhid mengira bahwa kambingnya sama dengan kambing lainnya. Namun saat melahirkan, ia merasa terkejut karena wajah kambing yang dilahirkan sangat berbeda dengan kebanyakan kambing lainnya. Kambing ini memiliki mata yang besar dengan mulut dan lidah yang terjulur sehingga terkesan seperti monyet.
Bukan hanya itu, Tauhid juga dikejutkan oleh suara anak kambing yang juga menyerupai suara manusia. Banyak warga yang merasa curiga dan terheran-heran karena ada bayi kambing yang lahir seperti ini. Persamaan lain antara Tauhid dan Mubarok ini adalah keduanya sama-sama bermimpi melihat separuh bulan.
Apakah kedua kambing ini punya keturunan darah yang sama? Atau… mereka memang diciptakan secara berbeda untuk memberi pesan dan kesan tertentu kepada umat manusia?
Banyak warga yang merasa heran sekaligus takjub dengan kejadian ini sehingga tidak sedikit orang yang datang mengunjungi rumah Pak Mubarok dan Tauhid untuk sekadar melihat kambing berwajah monyet dan memotret keanehan tersebut.
Cerita seperti ini memang terbilang langka, terutama dalam dunia fauna Indonesia. Namun, inilah yang dinamakan kekuasaan Tuhan dan pesan tersirat yang mungkin hendak disampaikan-Nya kepada kita selaku umat manusia.
Mungkin saja, zaman sudah semakin berubah sehingga bukan hanya manusia yang mengalami berbagai perubahan genetik, tapi juga binatang. Atau barangkali pula inilah saatnya kambing mengalami evolusi seperti halnya binatang-binatang purba mengalami evolusi dari zaman ke zaman.
Semua kemungkinan tersebut bisa saja terjadi. Namun, manusia hanya bisa belajar untuk mencari apa yang sebenarnya disampaikan oleh Tuhan mengenai berbagai kelahiran makhluk ciptaan-Nya. Setuju kan, teman-teman?
Silakan share cerita ini, atau mungkin kamu punya cerita lain yang tak kalah unik dan menarik? Bagikan pengalamanmu supaya menjadi lebih berharga!

http://www.lintas.me/go/penulispro.net/kambing-berwajah-monyet-ini-gegerkan-waga-surobayan-

Ritual Setrika Buah Dada di Afrika

0 komentar

Kebayang enggak sih ketika remaja dan baru tumbuh payudara, payudaramu justru harus disetrika supaya
Saat mendengar setrika payudara, apa yang ada di pikiranmu? Pasti mengerikan, bukan? Ya, inilah yang terjadi pada remaja di Afrika yang ketika orang tuanya mengetahui bahwa anak gadis mereka telah memiliki payudara tumbuh, sang ibu akan langsung menyetrika payudara sang anak dengan alasan melindungi sang anak.
Meskipun praktik yang terjadi pada orang tua dan anak gadis di Kameroon ini tidak dipulikasikan, namun banyak sekali kejadian anak perempuan yang payudaranya disetrika oleh ibu kandungnya sendiri. Payudara anak gadis ini akan disetrika setiap malam dengan menggunakan spatula, palu, batu, dan benda lain yang sudah dipanaskan di atas arang hingga payudara menghilang.
Tidak hanya itu, beberapa perempuan juga menggunakan pengikat atau bebat untuk menghambat pertumbuhan payudara. Alasannya, agar anak gadis mereka tidak menarik perhatian kaum lelaki sehingga meminimalisasi tindakan asusila, pemerkosaan, atau pelecehan seksual.
Praktik ini biasanya dijadikan sebuah insiden rahasia antara anak dan ibunya. Bahkan banyak pula bapak yang tidak mengetahui jika anaknya mendapat perlakuan seperti itu dari sang ibu. Namun, sang anak gadis biasanya akan lebih percaya pada kasih sayang sang ibu sehingga mereka menutup mulut dan tidak membeberkan hal ini kepada khalayak ramai.
Tidak sedikit pula para ibu yang memberikan cerita seputar permasalah payudara sehingga anak-anak perempuan merasa takut untuk memilikinya. Beberapa permasalahan yang biasanya diceritakan adalah kanker payudara, infeksi, dan lain sebagainya.
Namun, UNFPA kemudian bekerja sama dengan sebuah organisasi nonkomersil di Kameroon untuk memberikan pendidikan seks terhadap remaja dan orang tua. Bahkan pelaku penyetrikaan payudara ini akan terkena hukuman 10 tahun penjara jika kembali dilakukan.
Bagi masyarakat perempuan di Kameroon, praktik setrika payudara bukanlah hal yang aneh. Hal tersebut sudah dilakukan selama beratus-ratus tahun untuk menghindari anak-anak perempuan dari penyakit seks dan perilaku seks menyimpang.

Wah, ngeri juga ya, Gladis...

http://gladis.beritagar.id/article/parenting-and-education/ritual-setrika-buah-dada-di-afrika